Senin, 29 Juni 2015

Tentang Ramadhan



Tentang Ramadhan...

Ramadhan adalah bulan suci penuh berkah yang selalu menyimpan sejuta kenangan tak terlupakan bagi siapapun dan dimanapun. Berjuta rasanya setiap kali mengenang episode-episode ramadhan yang telah saya lalui sepanjang  18 tahun hidup ini. Dari kecil hingga tumbuh besar, memory tentang ramadhan adalah yang paling selalu melekat kuat dalam hati dan pikiran.

Seperti hari ini, ketika saya lagi-lagi menyadari bahwa sebentar lagi ramadhan akan tiba, spontan muncul begitu banyak rasa yang bercampur aduk mengenang setiap ramadhan yang telah terlaui. Untuk setiap detiknya saya cuman bisa bilang, rindu rindu rindu!

17 kali ramadhan, dan tahun ini adalah ramadhan ke-18. Ada yang berbeda, jika sebelumnya setiap kali ramadhan saya berada di Indonesia, kali ini saya di negeri ini, di negeri Sudan, tahu Sudan kan, bro? Ituloh negara yang sangat kece badai nan terkenal se-seantaro dunia. :P  

Meski belum tahu akan seperti apa rasanya menjalani ramadhan di Sudan, saya tetap optimis dan sangat menanti ramadhan kali ini. Kata suami saya, bulan ramadhan di sudan cuaca akan terasa sangat amat HOT. Wew -_- ini aja masih 2 bulan sebelum ramadhan, suhu sudah sering mencapai 45 derajat celcius, Tapi insyaAllah bisaa! Buktinya teman-teman di sini yang sudah berkali-kali menjalani ramadhan di Sudan masih sehat wal ‘aafiyah. Heheh.

Beberapa hari ini saya mulai mempersiapkan kondisi fisik (?) saya sebelum memasuki ramadhan, biidznillah. Ya berhubung saya penderita magh kronis. Suami juga sudah mulai agak sangar mengontrol masalah makan, terlebih soal makan pedas dan tidak makan sama sekali seharian. Hoho. Jadi ingat pas kemarin cokko2 (ngumpet) makan mie kuah extra pedas yang akhirnya ketahuan -_-

Yang juga banyak terkenang dari setiap bulan ramadhan yang telah saya lalui adalah soal penyakit maghku tercinta ini. Sedari kecil, setiap bulan ramadhan ummi pasti mengontrol dengan ketat apa  yang saya makan saat sahur dan buka puasa. Setiap sahur saya wajib makan nasi, lauk, pisang ambon, kurma, minum madu obat, dan air putih yang banyak. Begitupun saat berbuka. Disaat kakak saya dengan ganasnya langsung menyantap es buah, ummi selalu mengawasi, saya harus mulai dari air putih, atau minuman hangat, kemudian kurma, dan barulah boleh makan dan minum yang lain. Sebab jika tidak begitu, maka jadilah saya setiap hari terkapar, muntah, lemas, bisa jadi dehidrasi, dan puncaknya adalah tiduran di rumah sakit, again. Nah  otomatis kalau sudah begitu tidak akan sanggup puasa dong. Makanya dari kecil sampe sudah menikah bahkan, setiap kali sahur dan buka, ummi masih tidak pernah bosan mengingatkan, “aisyah sudah makan pisang? Kurma juga jangan lupa!” “aisyah, jangan langsung minum air dingin. Ingat2 penyakitmu nak” (tuh kan, jadi rindu ummi L

Diantara sekian banyak moment ramadhan, tahun kemarin adalah yang sangat berarti buat saya. Setelah berbagai macam nano-nano hidup, ada keluarga tempat meleburkan segala rasa, dan selalu menjadi tempat bagi kita untuk kembali pulang. Ramadhan tahun kemarin saya harus pulang ke indonesia, sementara suami punya jadwal ujian yang otomatis membuat dia tetap di sudan. yup LDR-an lagi. :(

Alhamdulillah tahun kemarin Allah berikan kesempatan untuk menjalani ramadhan bersama keluarga tercinta, bersama ummi aba, kakak achi, kakak bibi, adek unyu-unyuku si reyhanG, umarku tersayang , juga bersama ponakan2, sepupu2, mama ani tercinta, tante2 yang berisik tapi ngangenin.

Yang sangat special dari ramadhan tahun kemarin adalah kebersamaan yang sangat berkualitas rasanya. Ummi aba yang biasanya sangat sibuk menjadi sangat sering di rumah, terutama ummi yang hampir full time di rumah. Selama sebulan penuh ummi terus memasak berbagai macam makanan yang..yang...sungguh tidak sanggup lagi sayaa katakan, yang..enaknyaaaa tak terbahasakan T_T ummi dan aba hampir full sebulan selalu buka puasa dan sahur di rumah bersama. Di tambah pula 10 hari terkahir, kakak icha ikut menginap dirumah bersama para krucil2nya, yakni abang jaza, adek tibiy dan kakak syifa. Sementara suaminya dan kakak ubaid i’tikaaf. Waduh, bertambah ramelah rumah. Berisik, gaduh, semi kacau tapi ngangenin parah. Suasana heboh seperti itulah yang selalu saya rindukan. Maklum rumah saya di Sudan hanya diisi oleh 2 manusia yang agak labil. Kadangkala kami dengan sengaja membuat kegaduhan agar rumah terkesan rame. -_-

Ramadhan tahun kemarin juga sangat terasa special dengan sholat tarawih berjamaah di masjid yang selalu hits di Makassar setiap bulan ramadhan. Dengan pak imam yang tentu juga hits (bukan hits obat nyamuk nah. Hits terkenal maksudnya) sepulang sholat tarawih bolehlah singgah cari makan. Sampai di rumah masih juga heboh bin berisik. Masih beraktifitas layaknya siang hari padahal jarum jam sudah berganti hari. Kadang hanya tidur beberapa jam dan bangun kembali. Saya, ummi, dan si reyhang, akan bergiliran setiap hari untuk menyiapkan makanan sesuai jadwal untuk sahur sekeluarga. Setelah sahur biasanya aba akan melanjutkan dengan memberikan nasihat subuh yang selalu menyejukkan, kadangkala diselingi dengan “nak, ambilkan dulu obatnya aba” (tuhkan jadi rindu abaa.. T_T)

Ramadhan tahun kemarin juga lebih berati dengan kehadiran partner murojaah yang masya Allah sangat memotivasi. Meski murojaahnya kakak icha sambil di recokin krucil 2, nyetor  hafalan tetap saja lancar maasyaAllah. Beda sekali dengan saya yang saat menghafal maupun murojaah seakan berpindah ke dunia lain. Butuh fokus dan konsen yang amat sangat, apalagi saat puasa, sampe terkadang pake penutup mata dan telinga segala -_- yaa begitulah sekilas kenangan-kenangan ramadhan di tahun kemarin.

Dengan berbagi momen yang telah saya lalui, saya sangat sadar, bahwa saya wajib sewajib-wajibnya untuk senantiasa bersyukur sebanyak-banyaknya kepada Allah atas apa yang telah saya lalui. Ada begitu banyak orang di luar sana yang jangankan menjalani hari-hari di bulan ramadhan bersama keluarga, untuk sekedar sahur dan berbuka pun mereka harus berjuang begitu keras. Teringat mereka para perjuang fii sabilillah di medan jihad, di Suriah, di Palestina, di Yaman, dan di berbagai belahan dunia lainnya. :’(

Ramadhan tidak lama lagi, semoga kita semua dapat melalui ramadhan dengan keikhlasan dan hati penuh suka cita, semoga kita semua telah siap menyambut tamu agung yang yang sangat dirindukan,  yang akan datang dan pergi begitu cepat, meski kita tidak tahu bahwa akankah Allah mengizinkan kita untuk melewati ramadhan kali ini, meski kita tidak tahu akan seperti apakah ramadhan kita kali ini.

Semoga Ramadhan kita tahun ini menjadi ramadhan yang indah nan berberkah, melengkapi setiap episode Ramadhan yang telah kita lalui, menjadi kenangan dan pembelajaran berarti yang terus melekat kuat di dalam hati dan pikiran, di sepanjang hidup kita. Aamiin. 

Khartoum, 30 April 2015

Aisyah Ikhwan Muhammad



0 komentar:

Posting Komentar

Who am i?

Foto saya
Khartoum, Al Khartoum, Sudan
Ikhwan's No.3 | Fakhrurrazi's 💍| Cintanya Al amin Muhammad| Student Mom yang menikah di usia 16 dan masih terus belajar menjadi Ibu, Istri, dan anak yang sholihah.

Followers