Tentang Ramadhan...
Ramadhan adalah bulan suci penuh berkah yang selalu
menyimpan sejuta kenangan tak terlupakan bagi siapapun dan dimanapun. Berjuta
rasanya setiap kali mengenang episode-episode ramadhan yang telah saya lalui
sepanjang 18 tahun hidup ini. Dari kecil
hingga tumbuh besar, memory tentang ramadhan adalah yang paling selalu melekat
kuat dalam hati dan pikiran.
Seperti hari ini, ketika saya lagi-lagi menyadari bahwa
sebentar lagi ramadhan akan tiba, spontan muncul begitu banyak rasa yang
bercampur aduk mengenang setiap ramadhan yang telah terlaui. Untuk setiap
detiknya saya cuman bisa bilang, rindu rindu rindu!
17 kali ramadhan, dan tahun ini adalah ramadhan ke-18. Ada yang
berbeda, jika sebelumnya setiap kali ramadhan saya berada di Indonesia, kali
ini saya di negeri ini, di negeri Sudan, tahu Sudan kan, bro? Ituloh negara
yang sangat kece badai nan terkenal se-seantaro dunia. :P
Meski belum tahu akan seperti apa rasanya menjalani ramadhan
di Sudan, saya tetap optimis dan sangat menanti ramadhan kali ini. Kata suami saya,
bulan ramadhan di sudan cuaca akan terasa sangat amat HOT. Wew -_- ini aja
masih 2 bulan sebelum ramadhan, suhu sudah sering mencapai 45 derajat celcius, Tapi
insyaAllah bisaa! Buktinya teman-teman di sini yang sudah berkali-kali menjalani
ramadhan di Sudan masih sehat wal ‘aafiyah. Heheh.
Beberapa hari ini saya mulai mempersiapkan kondisi fisik (?)
saya sebelum memasuki ramadhan, biidznillah. Ya berhubung saya penderita magh
kronis. Suami juga sudah mulai agak sangar mengontrol masalah makan, terlebih
soal makan pedas dan tidak makan sama sekali seharian. Hoho. Jadi ingat pas
kemarin cokko2 (ngumpet) makan mie kuah extra pedas yang akhirnya ketahuan -_-
Yang juga banyak terkenang dari setiap bulan ramadhan yang
telah saya lalui adalah soal penyakit maghku tercinta ini. Sedari kecil, setiap
bulan ramadhan ummi pasti mengontrol
dengan ketat apa yang saya makan saat
sahur dan buka puasa. Setiap sahur saya wajib makan nasi, lauk, pisang ambon,
kurma, minum madu obat, dan air putih yang banyak. Begitupun saat berbuka. Disaat
kakak saya dengan ganasnya langsung menyantap es buah, ummi selalu mengawasi,
saya harus mulai dari air putih, atau minuman hangat, kemudian kurma, dan
barulah boleh makan dan minum yang lain. Sebab jika tidak begitu, maka jadilah
saya setiap hari terkapar, muntah, lemas, bisa jadi dehidrasi, dan puncaknya
adalah tiduran di rumah sakit, again. Nah
otomatis kalau sudah begitu tidak akan sanggup puasa dong. Makanya dari
kecil sampe sudah menikah bahkan, setiap kali sahur dan buka, ummi masih tidak
pernah bosan mengingatkan, “aisyah sudah makan pisang? Kurma juga jangan lupa!”
“aisyah, jangan langsung minum air dingin. Ingat2 penyakitmu nak” (tuh kan,
jadi rindu ummi L
Diantara sekian banyak moment ramadhan, tahun kemarin adalah
yang sangat berarti buat saya. Setelah berbagai macam nano-nano
hidup, ada keluarga tempat meleburkan segala rasa,
dan selalu menjadi tempat bagi kita untuk kembali pulang. Ramadhan tahun
kemarin saya harus pulang ke indonesia, sementara suami punya jadwal ujian yang
otomatis membuat dia tetap di sudan. yup LDR-an lagi. :(
Alhamdulillah tahun kemarin Allah berikan kesempatan untuk
menjalani ramadhan bersama keluarga tercinta, bersama ummi aba, kakak achi,
kakak bibi, adek unyu-unyuku si reyhanG, umarku tersayang , juga bersama ponakan2,
sepupu2, mama ani tercinta, tante2 yang berisik tapi ngangenin.
Yang sangat special dari ramadhan tahun kemarin adalah
kebersamaan yang sangat berkualitas rasanya. Ummi aba yang biasanya sangat
sibuk menjadi sangat sering di rumah, terutama ummi yang hampir full time di
rumah. Selama sebulan penuh ummi terus memasak berbagai macam makanan
yang..yang...sungguh tidak sanggup lagi sayaa katakan, yang..enaknyaaaa tak
terbahasakan T_T ummi dan aba hampir full sebulan selalu buka puasa dan sahur
di rumah bersama. Di tambah pula 10 hari terkahir, kakak icha ikut menginap
dirumah bersama para krucil2nya, yakni abang jaza, adek tibiy dan kakak syifa.
Sementara suaminya dan kakak ubaid i’tikaaf. Waduh, bertambah ramelah rumah.
Berisik, gaduh, semi kacau tapi ngangenin parah. Suasana heboh seperti itulah
yang selalu saya rindukan. Maklum rumah saya di Sudan hanya diisi oleh 2 manusia
yang agak labil. Kadangkala kami dengan sengaja membuat kegaduhan agar rumah
terkesan rame. -_-
Ramadhan tahun kemarin juga sangat terasa special dengan sholat
tarawih berjamaah di masjid yang selalu hits di Makassar setiap bulan ramadhan.
Dengan pak imam yang tentu juga hits (bukan hits obat nyamuk nah. Hits terkenal
maksudnya) sepulang sholat tarawih bolehlah singgah cari makan. Sampai di rumah
masih juga heboh bin berisik. Masih beraktifitas layaknya siang hari padahal
jarum jam sudah berganti hari. Kadang
hanya tidur beberapa jam dan bangun kembali. Saya, ummi, dan si reyhang, akan
bergiliran setiap hari untuk menyiapkan makanan sesuai jadwal untuk sahur
sekeluarga. Setelah sahur biasanya aba akan melanjutkan dengan memberikan
nasihat subuh yang selalu menyejukkan, kadangkala diselingi dengan “nak,
ambilkan dulu obatnya aba” (tuhkan jadi rindu abaa.. T_T)
Ramadhan tahun kemarin juga lebih berati dengan kehadiran partner
murojaah yang masya Allah sangat memotivasi. Meski murojaahnya kakak icha sambil
di recokin krucil 2, nyetor hafalan tetap
saja lancar maasyaAllah. Beda sekali dengan saya yang saat menghafal maupun
murojaah seakan berpindah ke dunia lain. Butuh fokus dan konsen yang amat sangat,
apalagi saat puasa, sampe terkadang pake penutup mata dan telinga segala -_-
yaa begitulah sekilas kenangan-kenangan ramadhan di tahun kemarin.
Dengan berbagi momen yang telah saya lalui, saya sangat
sadar, bahwa saya wajib sewajib-wajibnya untuk senantiasa bersyukur sebanyak-banyaknya
kepada Allah atas apa yang telah saya lalui. Ada begitu banyak orang di luar
sana yang jangankan menjalani hari-hari di bulan ramadhan bersama keluarga,
untuk sekedar sahur dan berbuka pun mereka harus berjuang begitu keras. Teringat
mereka para perjuang fii sabilillah di medan jihad, di Suriah, di Palestina, di
Yaman, dan di berbagai belahan dunia lainnya. :’(
Ramadhan tidak lama lagi, semoga kita semua dapat melalui ramadhan
dengan keikhlasan dan hati penuh suka cita, semoga kita semua telah siap
menyambut tamu agung yang yang sangat dirindukan, yang akan datang dan pergi begitu cepat, meski
kita tidak tahu bahwa akankah Allah mengizinkan kita untuk melewati ramadhan
kali ini, meski kita tidak tahu akan seperti apakah ramadhan kita kali ini.
Semoga Ramadhan kita tahun ini menjadi ramadhan yang indah
nan berberkah, melengkapi setiap episode Ramadhan yang telah kita lalui,
menjadi kenangan dan pembelajaran berarti yang terus melekat kuat di dalam hati
dan pikiran, di sepanjang hidup kita. Aamiin.
Khartoum, 30 April 2015
Aisyah Ikhwan Muhammad
0 komentar:
Posting Komentar