Selasa, 28 Oktober 2014

Who am i , today?





Tadinya tulisan ini ingin saya tempatkan di profil blog, tapi karena sepertinya kepanjangan (haha), jadilah saya membuatnya menjadi satu postingan baru. 

Menuliskan tentang siapa diri kita hari ini, adalah cara yang yang lumayan baik untuk mengenal siapa diri kita. Membandingkannya dengan tulisan di hari kemarin, kita bisa melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Baik itu dengan jarak sebulan, setahun, atau bahkan bertahun-tahun.

Ini sudah menjadi kebiasaan saya sejak kecil. Menuliskan bagaimana saya hari ini, pengalaman-pengalaman yang baru saya lalui, dengan begitu saya bisa menakar, seberapa banyak saya bersabar atas ujian yang Allah berikan. Seberapa sering saya bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah anugerahkan, seberapa ikhlash? adakah saya berjuang lebih keras dari sebelumnya, adakah cita yang berserakan itu mulai tersusun, adakah niat itu masih selalu tertanam di dalam hati, atau malah hanya keluhan yang terus ada? penundaan yang tak hilang-hilang juga, dan satu lagi, sudahkah saya mengobati problem ter "menyebalkan" dalam keseharian saya yaitu,  "TIDUR" -_______________-

Siapa saya hari ini?

Hanya anak 17 Tahun. Yang sudah menikah setahun lebih yang lalu, Merantau, kemudian terdampar di benua afrika, di sebuah negeri bernama Sudan. Tetiba menjadi anak ibukota (Ibu kota sudan, Khartoum :P). Mahasiswi Ma’had Lughoh International University Of Africa. Sehari-hari jalan kaki ataupun naik reksya (kalau panasnya lagi luar binasa) pulang balik rumah-kampus-rumah. (Bagi orang afrika, jaraknya sangat dekat. Tapi bagi asia kurus seperti saya, itu lumayan. -_-)

Saat musim panas, akan terasa sangat menyengat bagai dipanggang. Saat musim dingin akan sangat menusuk, kering, dan menggigil, dengan angin yang lebih kencang dari biasanya, terkadang jadi sedikit memperlambat perjalanan pulang. Tapitapi, mau musim panas atau dingin, GHUBAR (Badai pasir/debu) tetap saja eksis. Tampak dari covernya hanya ada 2 kata yang sangat cocok untuk menggambarkan tanah rantau ini, Cuaca Ekstrem.

Tapi percaya tidak percaya, ada banyak hal-hal menakjubkan yang akan kita dapatkan saat hidup di negeri ini. Belajar untuk selalu bersyukur dan bersabar, Berbahagia atas hal sederhana, adalah saat-saat terindah yang saya rasakan. Bertemu dengan beragam manusia dengan bahasa dan warna kulit berbeda, mereka datang dari berbagai penjuru dunia dengan tujuan terbanyak dan terfavorit; “belajar agama, belajar bahasa arab” dengan metode dan sistem pembelajaran bahasa yang tak neko-neko, namun nyatanya menjadi salah satu yang terbaik di dunia internasional, menarik banyak pelajar untuk menyicipi rasa akan menuntut ilmu di negeri Sudan.

Nah, pertanyaanya adalah, adakah yang mau mencoba jadi anak SUDAN(G)? Insya Allah dijamin akan berkesan. Yang tidak bisa dijamin adalah, tampang dan warna kulit anda setelah pulang dari negeri rantau ini. Hohoho. :D

Nah lho, ini kok jadi bahas Sudan? haha..

Yah. setahun lebih telah berlalu semenjak pertama kali menginjakkan kaki di sudan. Saya tetap saja kurus, malas makan, dan suka begadang. Alhamdulillah tak sedikit pun saya menyesal belajar jauh-jauh ke negeri ini, sebaliknya saya justru sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari penuntut ilmu di negeri ini, bertemu dengan ustadzah-ustadzah luar biasa yang sangat saya cintai. 

Teman-teman yang telah  mewarnai kehidupan saya, terkhusus 3 teman duduk absurd yang ngangenin, Maymunah si China, Ayha si Jepang, dan Yasmin si Hungaria. belum lagi teman-teman Nigeria yang selalu asyik diajak diskusi. Seorang teman Somalia-Irlandia yang menjadi teman untuk saling tasmi' hafalan, teman dari Scotlandia yang kegemarannya setiap waktu isirahat minta di tahsinkan, dan ini menjadi trend dikala mendekati ujian. Satu persatu teman-teman mendaftarkan diri untuk di tahsin. Bahkan jika tak ada waktu banyak, mereka bela-belain nitip untuk direkamkan. Kadang baru saja saya sampai di kelas, bangku saya sudah duluan penuh. Ckckc. Tak terlupa ketua kelas dari Camerun yang tadinya saya pikir sangar namun ternyata baik. Dia juga ikut minta direkamin. Nah kebetulan sekali saya perlu beberapa catatan ta’bir, saya pinjamlah dari dia. Barter, beres kan.

Pernah juga teman dari Indonesia mengenalkan teman Korea, saat pertama kali kenalan saya dengan sok tau tetiba berbahasa korea "Anyeong haseyo oenni, nan aisyah imnida.." hahaa..dia kemudian langsung memabalas dengan bahasa korea pula! Nah. Baru tau rasa, akibat sok tau. Cuma negelongo kemudian mengakui, heheh ”afwan, ana maa fahimtu.”

Tak terlupa, dan tak kan tentunya (insyaAllah), teman-teman sesama indonesia. Yang selalau bisa menghibur dikala sedih, membuat saya merasa memiliki keluarga di negeri ini, teman-teman dimana saya merasa nyaman bersama mereka. Menjalin silatrurrahmi, membangun ukhuwah, ta’awun, berbagi bahagaia dan kesedihan. Saya hanya ingin menyampaikan buat teman-teman sesama indonesia, syukran wa jazakumullahu khairan untuk semua kebaikan yang telah kalian berikan buat saya. Hanya Allah yang dapat membalasnya. Semoga ikatan ukhuwah ini senantiasa terjalin sampai kapanpun dan dimanapun kita akan pergi dan saling meninggalkan. #Aseek

Adapun Bahasa Alhamdulillah sudah lumayan membaik. Setidaknya saya bisa bercakap dengan ammu2 penjual di suuq atau di baqqolah,  ammu2 reksya (Hahaa!), teman-teman, ustadzah, kenalan, dll. disini saya benar-benar semakin memahami betapa pentingnya sebuah bahasa termasuk bahasa tubuh. Lewatnya kita bisa mengerti dan mereka pun bisa mengerti, alhamdulillah

Alhamdulillah juga sudah lumayan bisa masak, meski pada awalnya saya takut meracuni orang lain berhubung setiap main cooking academy pasti yang muncul dibalik penutup hidangan adalah obat sakit perut. haha. Memang tak sulit, memasak itu menyenangkan terutama saat saya lagi kangen masakan ummi, dan minta resep lewat Whats app, jadilah saya bereksperimen.


Tak ketinggalan seabrek rutinitas IRT. Tentu saja. Tak perlu penjabaran. Semua orang mengerjakannya, hehe. Hanya saja di sudan, mungkin kita butuh lebih rajin membersihkan. Maklum, debunya yang over memang seringkali membuat rumah lebih cepat kotor dari biasanya. Bagi saya, pekerjaan IRT memang sangat penting, tapi jangan sampai melalaikan kita dari belajar (Sok rajin). Bukankah pekerjaan2 yang lain itu hanyalah penunjang walau tentu juga penting. Nah, ini yang harus saya biasakan, kadang-kadang saya terlalu over beres-beres rumah, penyebabnya adalah saya tidak bisa belajar dengan keadaan sekitar yang kotor (sok bersih), akibatnya kadang setelah beres-beres justru kecapekan, dan yaah lagi-lagi, tidur jadi pelampiasan. :p

Yaah, apapun itu tentang kehidupan disudan, memang selalu menarik untuk diceritakan maupun dituliskan. Mungkin karena negeri ini telah begitu banyak mengajarkan saya akan arti kehidupan. Ada banyak ujian yang Allah berikan di negeri ini, begitu pula Nikmat tak terkira, saya diajar untuk bersabar sekaligus beryukur dalam setiap kondisi dan keadaan. Adakalanya saya tejatuh, menangis, dan merindu, namun tak 
sedikit pula saya menjalani hari dengan penuh semangat, senyuman, keceriaan, dan optimisme.

Seperti inilah secuil dari cerita kehidupan di sudan dari sisi saya, kita memang perlu kekuatan, keteguhan, keberanian, semangat, mujahadah dan azzam yang kuat untuk bisa bertahan dalam berjuang menuntut ilmu di negeri ini.

“Kita diajarkan untuk tidak hanya tersenyum karena bahagia, tapi juga tersenyum untuk bahagia.” Tak ada ada yang terlalu sulit jika kita mau mencoba untuk menjalaninya, mencoba melihatnya menjadi sesuatu yang mudah. Biidznillah..:)

Dengan sangat terasa, setahun lebih telah berlalu. Kini saya memasuki tahun kedua, bagai lembaran baru yang belum terisi dan akan segera terisi insyaAllah. Satu hal yang tidak pernah saya duga selama setahun ini adalah bahwa, tahun kedua ini, Kakak labil saya *eh Kakak Icha, akan ikut bergabung dalam barisan para perantau, pejuang, dan penuntut ilmu di negeri dua nil ini #aseek.

Kebersamaan saya dengan kakak selama beberapa hari terakhir ini adalah hal yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Alhamdulillah... Allah punya rencana dibalik semua kejadian yang telah terjalani setahun ini. Dihari-hari pertama kakak saya disini, dia sudah menyaksikan dan merasakan sendiri, betapa “Hangatnya” hari-hari di sudan. Terutama di hari-hari awal kedatangan, dimana saya yakin bahwa setiap mahasiswi baru bahkan yang sudah kadaluarsa pun pasti merasakannya, “Beratnya Ijro’’at” haha. Tapitapi, Janji Allah itu Pasti. Kemudahan setelah kesulitan. Semoga  Allah menguatkannya. Saya yakin Biidznillah, dia lebih dari sekedar bisa untuk menapaki jalan ini.

Tadinya saya ingin menulis tentang siapa saya hari ini, namun seiring bertambahnya tulisan saya di page ni, saya menyadari, saya hari ini adalah saya yang berada disudan. Dengan berbagai cerita dan warna, saya disudan, di negeri sederhana ini. Berjuang untuk satu tujuan mulia insyaAllah, menuntut ilmu, mendampingi dia yang telah Allah takdirkan untuk menjadi pasangan hidupku. Juga untuk yang tak terduga, menemani kakak yang lagi masa penantian menunggu suami dan krucil2 nya datang, berpetualang mencari pengalaman hidup, belajar dan terus belajar. Inilah siapa saya hari ini, Masih kurus, malas makan dan suka begadang. J

TBC... 

Khartoum, lupa tanggal berapa.

Aisyah Ikhwan Muhammad. 

Who am i?

Foto saya
Khartoum, Al Khartoum, Sudan
Ikhwan's No.3 | Fakhrurrazi's 💍| Cintanya Al amin Muhammad| Student Mom yang menikah di usia 16 dan masih terus belajar menjadi Ibu, Istri, dan anak yang sholihah.

Followers