Cerita Imtihan (Ujian).
Imtihaan atau ujian yang akan saya bahas saat ini bukanlah
mengenai imtihan kehidupan tapi lebih kepada imtihan di kampus dan
bumbu-bumbunya. Hehe
Institute of Arabic language, international university of africa
adalah institute yang khusus mengajarkan bahasa arab dan tsaqofah islamiyah,
bisa dibilang Ma’had Lughoh ini adalah semacam kelas persiapan bahasa yang di
indonesia mungkin lebih dikenal sebagai I’dad Lughawiy. Di Ma’had lughoh ada 3
Mustawa (semester) setiap mustawa nya tiga bulan, dan setiap 3 bulan itu pula
akan ada ujian untuk naik ke mustawa berikutnya.
Nah berhubung saya hanya akan menceritakan soal bumbu-bumbu
imtihannya, maka saya skip dulu
penjelasan soal ma’had lughoh. Selama 3 kali imtihan ini, dua diantaranya berdekatan
waktunya dengan jadwal imtihan suami saya yang pada saat itu sedang kuliah di Fakultas Islamic studies, international
univ. Of africa
Karena itu sejak awal kami sudah saling bersepakat bahwa
siapa yang sedang menjalani imtihan, maka akan di support penuh oleh yang
tidak imtihan. Misalkan suami sedang imtihan maka suami untuk sementara tidak
dulu membantu saya dalam pekerjaan rumah seperti biasanya. Dia hanya fokus
belajar, dan saya yang mengerjakan pekerjaan rumah, saya akan menemani dia
begadang, minum kopi, makan cemilan, dan menyemangati. Sebaliknya jika saya
imtihan, hhm.. tentu peraturannya tidak akan sama persis. Haha.. saya tetap
mengerjakan perkerjaan rumah tapi
beberapa jadwalnya akan dibagi. Seperti mencuci piring dan mencuci baju.
Adapun membersihkan rumah dan memasak tentunya tetap saya. Secara dia tidak
berbakat dalam hal membersihkan rumah, apalagi jika harus dia kerjakan sendiri.
Haha. Tapi dia akan lebih mensupport saya dalam hal belajar, dia banyak membantu
saya untuk pelajaran-pelajaran yang tidak saya pahami, menemani saya begadang,
meski kadang lebih sering menggangu konsentrasi saya. -_-
Seperti saat imtihan mustawa 1 dan dia imtihan entah mustawa
berapa saya sudah lupa.*toeng Semuanya berjalan sesuai dengan komitmen bersama.
Alhamdulillah dia dan saya mumtaz, biidznillah. Imtihan mustawa 2 juga masih
dengan kesepakatan itu. Meski setelah
imtihan mustawa 2 saya balik ke indonesia dan
saat suami ujian akhir S1 saya tidak mendampingi, L. Tapi kemudian semua
berubah *bahasa apami ini* tatkala saya imtihan mustawa 3. Tanpa kami duga,
jawal imtihan kami sangat amat berdekatan bahkan hanya beda sehari. Belum lagi
suami yang sekarang sudah S2 (Tapi tetap tidak mau saya bilangin sudah Lc,
katanya belum pantas. :P) jadi kesepakatan yang dulu itu entah sudah sirna atau
saya dan suami yang pura-pura lupa.
Karena jadwal imtihan yang berdekatan, Jadi tidak teraturlah pekerjaan rumah, kerjanya
suka rela. Masak sih tetap saya tapi itupun yang praktis saja. Bikin cemilan
dan minuman pas begadang juga suka rela, siapa saja yang lagi baik hatinya :P, kita juga jadi jarang ngobrol, sampai-sampai belajarnya
di tempat terpisah. Saya di ruang tamu, suami di kamar (ini kebalik yah -_-)
kenapa harus di ruang terpisah? Karena saya dan suami tipe orang yang kalau
lagi belajar itu berisik nya minta ampun! Tidak ada istilah menghafal dalam
hati, sudah macam menghafal quran mesti dijaharkan. Haha. Dan lagi kita sama-sama
orang yang kalau lagi serius tidak bisa diganggu. Jadi lah masa-masa imtihan kemarin kami
bagaikan dua orang yang hidup dengan dunia masing-masing. Paling kalau mau
berangkat ke kampus barulah saling menyemangati. Selain itu sudah tidak terjelaskan, masih di dunia lain (?)
Alhamdulillah meski begitu, kami berdua tetap optimis (pasrah)
dengan nilai kami berdua. Nilai saya sudah keluar, tinggal tunggu nilai suami.
Setelah imtihan kami berdua memang sudah sama-sama sepakat, berapapun nilai
kita berdua, mumtaz tidak mumtaz harus tetap bahagia *alasan. Lalala~*
Alhamdulillah masa imtihan kali ini sudah berlalu, masa-masa
yang menegangkan sekaligus seru dan dirindukan. (serius?) hehe. Masa-masa
begadang, wajah serius saat belajar, pulang dari kampus dengan lesu ataupun antusias
menceritakan soal-soal imtihan, dan menanyakan jawaban-jawaban betul atau
tidaknya. Khusus menanyakan jawaban, itu cuman berlaku buat saya. Karena kalau
suami, sepertinya tidak mungkin dia bertanya betul tidaknya jawaban dia ke saya.
Hahaha. Mana saya pahamlah ._. untuk saat ini tapinya. Insya Allah kalau terus
belajar akan paham di masa depan. Hoho.
Saya hanya berdoa semoga imtihan-imtihan selanjutnya, saya
dan suami terus bisa saling mendukung, membantu, bekerjasama dan menyemangati
satu sama lain. Baik itu imtihan di kampus maupun imtihan kehidupan yang tentunya
mebutuhkan kerjasama, kekuatan dan kesabaran yang lebih dan lebih. J
0 komentar:
Posting Komentar