Dulu, saya adalah orang yang amat tidak senang dengan keramaian. Lebih tepatnya, saya menyukai sendiri. Saya akan menghindar dari pusat keramaian, dan lebih memilih mengurung diri di kamar. Menyibukkan diri dengan berbagai macam hal. Saat itu saya pikir bersama keluarga dekat saja sudah cukup.
Lalu perjalanan membawa saya pada suatu episode yang akhirnya membuat saya sedikit... ya, sedikit mengubah persepsi saya akan 'sendiri'.
Hari itu, di suatu rumah di negeri orang, jauh dari sanak keluarga, untuk pertama kalinya saya menangis sendirian. Benar-benar sendiri, dan sedang memperbaiki gagang pintu yang rusak. 😑 Hari itu masih amat jelas di dalam benak saya. Menjelang maghrib, saat ghubar (badai pasir) dan padamnya lampu datang bersamaan, saya menangis sambil terus memutar obeng hingga terpasang dengan baik. Lalu saat pintu tersebut akhirnya bisa menutup, saya lalu melanjutkan adegan drama dengan menangis sesegukan terduduk sendiri. Hari itu, untuk pertama kalinya pula saya membenci sendiri.
Setelahnya saya sedikit berubah. Saya tidak lagi terlalu membenci keramaian. Meski kadangkala saya tetap saja masih bersembunyi ke dalam "gua" saat terdesak. Tetapi pada akhirnya saya pasti akan memilih untuk kembali keluar.
Sendiri tidak selalu menyenangkan rupanya. Ya, Allah memang menciptakan kita berpasang-pasangan. Kita pun hidup berjamaah bukan tanpa tujuan. Lalu saya akhirnya paham. Bahwa mungkin memang ada saatnya kita butuh sendiri, tapi ada saatnya pula kita butuh berada di tengah-tengah orang banyak.
Kadang saya bertanya, kenapa pula saya sangat suka sendiri? Apakah karena diri yang terlampau introvert? ataukah keramaian terlalu bising? atau mungkinkah karena saya hanya ingin menghindar dari pertanyaan dan pandangan yang melelahkan dari orang-orang? Entahlah.
Apapun itu, kita semua tahu, bahwa sejatinya setiap kita, tidak pernah benar-benar sendiri.
قال الله تعالى: ﺇﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛﺎﻥ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺭﻗﻴﺒاً
“Sesungguhnya Allah Maha Mengawasi kamu sekalian” (QS an-Nisaa’:1)
0 komentar:
Posting Komentar