Lagilagi.saya ingin menulis mengenai sekolah.
Beberapa hari yang lalu sebelum ramadhan,saya mengikuti program ujian paket b, dan bisa di katakan,untuk
pertama kalinya setelah 2 tahun saya duduk kembali di bangku sekolah.haha. aneh
memang.adapun alasan saya mengikuti ujian tersebut,semata2 untuk taat pada
orangtua saya,yang berpikiran bahwa ijazah itu masih dibutuhkan,walaupun saya
sangat paham ‘dibutuhkan’ yang mereka maksud bukanlah untuk bangga2an,atau
hanya untuk mengejar nilai2. namun karena system pendidikan di Indonesia
mengharuskan hal tersebut untuk kita yang ingin melanjutkan pendidikan di
bidang yang lainnya,sayapun mengikutinya dengan menjadikan UN ini hanya sebagai
washilah buat saya.
Ya walaupun banyak pengalaman2 yang sebenarnya cukup menyakitkan buat saya
(haha.becande)..gimana tidak? Anak2 yang mengikuti ujian paket b tersebut
justru dari orang dalam sendiri sudah meremehkan mereka,bahkan saya sendiri pun
merasakaannya,(mereka tidak tahu kalau saya homeschool),dibilangin macam2,Putus
sekolah,tidak lulus,anak y ikut paket b itu bego2,(bahkan hanya untuk sekedar
mengisi soal2 PKN dan B.Indonesia yang sederhana dibilang tidak mampu!?)dan
lain sebagainya.
Haha.aneh bukan.sedangkan dari mereka sendiri sudah seakan
meremehkan para siswa,untungnya saya yang mengikuti ujian ini sama sekali tidak
bermaksud hanya untuk mendapatkan ijazah,lalu bagaimana dengan yang lainnya?saya
jadi tidak heran lagi dengan anak2 yang
bahkan sampai kerasukan hanya karena tidak lulus UN dan harus mengulang dengan
ujian paket b, ternyata persepsi terhadap anak2
tersebut memang benar2 menjatuhkan mental dan membuat kita merasa
terhina.dan pada akhirnya bisa melahirkan generasi2 pecundang yang taunya hanya
mengejar nilai.
Ok lanjut.
selama dua tahun ini,saya memang menempuh pendidikan
homeschool.mungkin kebanyakan orang di Indonesia masih awam dengan
homeschool,bahkan kadang terkesan meremehkan. walaupun jelas saya tidak akan
mengatakan semua orang seperti itu.terlalu banyak bahkan yang paham.karena itu
saya ingin lebih banyak lagi.
Baiklah.
Ini bermula ketika saya mulai merasa aneh dan bosan dengan
cara saya belajar di sekolah.ini bukan karena saya tidak mampu dengan semua
pelajaran itu,tapi ketika saya merasa bahwa ada ada yang salah dengan cara saya
belajar, itu saat dimana saya merasa ada suatu pelajaran yang saya pelajari tidaklah
berguna,hanyalah sekedar tahu secara teori.bahkan makna yang sesungguhnya pun
tidak saya mengerti.
Jujur saja.sedari SD kelas satu,saya selalu juara kelas
bahkan sampai saya masuk SMP dan melanjutkannya di pesantren,saya masih selalu
juara kelas.saya selalu berpikir bahwa sekolah mengharuskan saya harus mampu di
semua bidang,bahkan saya selalu memaksakan diri untuk mempelajari semua bidang secara mendalam,dan mungkin
tidak ada yang tahu,tapi pada saat itu,saya mulai merasa frustasi.
Kenapa? Sebab saya tidak juga menemukan diriku sendiri.saya
tidak juga menemukan apa mimpi saya sebenarnya.namun mimpi yang saya maksud
tentunya urutan kedua setelah menjadi Hafidzah.Hafidzah sejati selalu menjadi
nomor satu.insya Allah.
Saat itu saya mulai merasa bingung,banyak orang yang
bilang,saya ini pintar(masa?),hebat di semua mata pelajaran(iya kah?),ya jelas
saja!metode belajar saya hanyalah mengandalkan text book.text book.!sebab kita
dituntut untuk itu, mereka mungkin tidak tahu,bahwa semua itu membuat saya
benar2 terbebani!
Di sekolah,saya di haruskan perfect di segala bidang,dan
perfect yang mereka maksud ialah ketika saya bisa mengerjarkan tugas,menjawab
soal ,mendapt nilai bagus,dsb,yang keseluruhannya terkadang bahkan tidak bisa
menunjukkan kemampuan nyata seseorang akan bidang tersebut.
Contohnya ketika seorang anak ditanya ukuran panjang dan
lebar gawang,ia tidak tahu.namun ketika di suruh bermain bola,ternyata ia
bisa.dari sini saya juga menyadari semua
yang saya pelajari ,sebagian besar tidak dapat menilai kemampuan saya secara
riil.
Contoh selanjutnya,Soal pertama PKN yang saya dapatkan pada
saat ujian paket b,(yang sebenarnya bisa buat kita cukup ngakak.). “Tindakan
manakah yang merupakan tindakan criminal?” (what!?) a.blala.b.blala. dst.. lalu
apakah soal itu benar2 mampu menilai
seseorang,bahwa orang ini paham(untuk di aplikasikan) apa itu criminal atau
tidak? Kalau tidak,lalu untuk apa dijadikan soal? sempit.dari sini pula,saya
lagi2 sadar.
Dan begitu banyak contoh2 sederhana selama 7 tahun saya
menempuh sekolah formal yang membuat saya semakin sesak.Saya selalu bertanya
pada diri sendiri,sebenarnya ada apa? saya bisa mempelajari semua ini,saya bisa
dapat nilai bagus di semua mata pelajaran,tapi ada apa? kenapa saya selalu
merasa tidak menjadi diri saya sendiri?tidak nyaman?
Akhirnya.sampailah saya pada titik terang yang disana
terkumpulah keberanian (ehm.) dalam diri saya untuk memutuskan.Saya tidak bisa
melanjutkan sekolah formal ini.
Saat itu,saya menyadari,semua yang selama ini membuat saya
terbebani,takut untuk menujukkan diri yang sebenarnya,yang membuat saya memahami
bahwa belajar hanyalah sebatas mendaptkan nilai bagus di ujian akhir,yang
membuat saya berpikiran begitu sempit,takut berpikiran terbuka..
saya menyadari.sekolah formal yang saya jalani adalah
siksaan buat saya.!
Silahkan menyebut saya gila,aneh,ataupun berlebihan.namun
lihatlah alasan saya terlebih dahulu.
SEKOLAH!
Seakan akan semua hanya dapat diukur dengan angka
semata.mulai dari latihan soal sampai Ujian nasional.!ini tidak adil,Sekolah
benar2 tidak mampu mengakomodasi semua kemampuan unik setiap siswa.semua disama
ratakan.dengan cara penilaian yang sama.sehingga siswa yang menunjukkan
perbedaan justru dikerdilkan.
Belum lagi ujian nasional yang sesungguhnya benar2
mengherankan,atau lebih kepada intinya lagi,Menyakitkan!?
Bisa2nya perjuangan siswa belajar selama 6 tahun untuk SD,3
tahun untuk SMP dan SMA,Perjuangan guru2 mengajarkan murid2nya dengan ikhlas, tiba2
saja di veto oleh pemerintah dengan Ujian nasioanal dengan penilaian system
komputerisasi!!??dengan kebanyakan soal yang bisa dibilang lucu!?(apaomong
ini!?)
Sungguh oh sungguh.ini tidak adil.semua itu benar2 tidak
bisa disebut dengan penilaian.tidak!
Bagaiamana mungkin seluruh anak bangsa yang ada dinegeri
ini,seluruhnya di sama ratakan dengan program yang pemerintah sebut ‘ujian
nasional’
Lalu bagaiman dengan anak2 yang tidak memiliki kemampuan
menyeluruh di seluruh bidang itu?
anak2 yang pandai di bidang olahraga misalnya,apakah mereka
akan dianggap bodoh dan mustahil sukses ketika gagal di UN atau setidaknya
rendah di matematika,sementara dia begitu hebat di olahraga?
Bagaimana dengan anak yang punya keterampilan2 khusus?
apakah mereka semua tidak akan pernah sukses hanya karena tidak lulus UN?
Ya.mungkin bisa saja,sebab mungkin telah tertanam dalam diri mereka,bahwa UN adalah
penentuan akhir dari segalanya.
Saya jadi ingin bertanya,apakah semua mata pelajaran yang
siswa pelajari,siswa ujiankan dalam UN,keseluruhannya akan menjadi profesi bagi mereka untuk kehidupan selanjutnya?
Tidak kan? mana mungkin siswa harus menjadi seorang
dokter,mekanik,fisikawan,Sastrawan,budayawan, dsb,sekaligus untuk satu
kehidupan mereka. (adanya mereka mampus duluan.)
Lalu kenapa? Oh,kenapa? siswa dituntut haru bisa semua
pelajaran?? kalau tidak bisa? Bodoh! Tidak lulus!gagal!
ya.ini jadi tidak mengherankan,ketika kebanyakan anak hasil
dari pendidikan yang disebut2 dapat
mencerdaskan itu,justru hanya menghasilkan anak2 yang
kebanyakan hanya mengejar dan mengagung agungkan lembar ‘sakti’ yang
bahkan membuat banyak siswa meratap2,ingin bunuh diri hanya karena tidak
mendaptkan 1 lembar kertas tersebut.apa itu? IJAZAH! ataukah anak2 yang hanya
mengejar gelar akademik semata.bagaimana tidak? Orang sedari SD itu yang
tertanam. Harus lulus UN bro! kalau tidak? The End!
Berawal dari sinilah saya berpikir,sekolah itu terasa
otoriter!diskriminatif!tidak kreatif,dan tidak lagi menyenangkan buat saya,menjadi
beban,yang bahkan bisa membuat anak didiknya layu sebelum berkembang..
Selanjutanya.Diluar dari masalah penilaian..
Saya berpikir semua yang saya pelajari terlalu
materialis,inilah akibat dari mencontoh gaya belajar barat,contohnya ketika
kita mempelajari mengenai makhluk hidup,di buku pelajaran IPA, kita tidak
pernah mendapati ada unsur keTuhanan yang dimasukkan.seakan2 kita ini tercipta
secara sendirinya,padahal sudah jelas ada Allah subhanahu wata’ala yang telah
menciptakan kita.
Saya juga begitu sulit untuk fokus,bagaimana tidak? Jam
pelajaran yang sangat ketat,dan berganti dari satu pelajaran kepelajaran yang
lain denagn sanagt cepat, yang pergantiannya terkadang bisa dibilang ngga
nyambung.apa coba? Dari belajar b.indonesia yang misalnya kita sedang menulis
puisi, tiba2 berganti dengan matematika .karena itulah mungkin saya sulit
menemukan bakat saya, apa yang membuat saya tertarik.disebabkan tuntutan
sekolah dan kurikulum yang mengharuskan kita mengikutinya.padahal bukankah
sekolah dan kurikulum itu justru untuk anak? Bukannya kita untuk mereka?lagi2.aneh.
Saya merasa sempit dan terbatas.dalam pelajaran2 di
sekolah,terkadang kita baru dikatakan mampu ketika hal itu sesuai dengan buku2
pelajaran.padahal bahkan,adak makna2 yang bisa kita perluas,dan tidak bisa
hanya perpatokan pada buku pelajaran.
Belum lagi Indonesia yang memberlakukan 1400-an jam per
tahun jam pelajaran disekolah,dan ini baru untuk SD.padahal,jika dilihat,UNESCO
hanya menyaratkan 800-900 jam pelajaran per tahun.sungguh luar biasa.! Luar
biasa membuat anak didiknya bosan abis di kelas!!
Dan yang paling membuat saya berpikir untuk meninggalkan
Sekolah formal adalah,saat saya menyadari Sekolah semakin bergeser dari
fungsinya,yakni salah satunya,mempersiapkan para siswa menghadapi tantangan
tantangan yang pasti mereka akan hadapi di luar sekolah. Mempersiapkan siswa
menghadapi dunia nyata dan memiliki kepekaan terhadap apa yang diharapkan atas
mereka,bagaimana mereka akan di tantang,dan apa yang mampu mereka
lakukan.Justru tidak saya dapati.yang saya dapati,hanyalah untuk mengejar nilai
dan ranking.!
Dan dari semua itu,yang paling menonjol adalah,anak2 sekolah
formal,sering menilai diri mereka sendiri dari NILAI yang mereka dapatkan di
sekolah.Jikah NILAI bagus maka ia akan merasa pandai dan di anggap
pandai.sebaliknya,jika NILAI buruk,maka ia akan merasa bodoh dan
dianggap bodoh.dan terciptalah anak2 yang tidak percaya diri,hanya karena
mendapati NILAInya buruk dari satu mata pelajaran.(kebanyakan orang patokannya
matematika.ckck).dan hadirlah anak2 yang benar2
gagal di dunia nyata hanya karena dianggap gagal disekolah.ini terjadi
kerena sekolah yang tidak menghargai kegagalan dan siswa yang mendapat NILAI
buruk dianggap siswa gagal! Miris!
Dan begitu banyak alasan2 lainnya yang membuat saya enggan
meneruskan Pendidikan di sekolah formal.
Lalu..
Apa yang saya dapatkan dari homeschool.? Sejujurnya saya
tidak bisa sepenuhnya dikatakan homeschool.mengapa? karena nyatanya saya lebih
banyak belajar secara otodididak.
Kebanyakan orang beranggapan,bahwa homeschooler ataupun
orang yang belajar dengan otodidak itu dianggap tidak sekolah.ini jadi
aneh.apakah belajar dan sekolah sedemikian sempit maknanya?hingga yang dimaksud
belajar dan sekolah hanyalah di saaat kita berada dalam bingkai sekolah formal?
Lalu menurut saya?
Ya.Belajar,menuntut ilmu,sekolah,tidaklah sesempit itu maknananya.yang
saya pahami ialah bahwa sesungguhnya seluruh proses yang kita jalani dalam
hidup kita ini,adalah belajar! Itulah belajar yang sebenarnya.mulai dari saat
kita dikandung hingga terlahir seperti sekarang ini.
itu berarti,bahwa belajar,tidak pernah ada batasnya!! Guru
kita adalah kehidupan itu sendiri..bersama orangtua,saudara dan
keluarga,teman,buku,berbagai macam orang dengan berbagai macam keahliannya dibidang masing2,..mereka semua itu..adalah
guru!
Seperti itulah saya memhami belajar saat ini.
Ketika saya belajar bahwa dalam hidup ini,kita harus
mempunyai visi dan tujuan,dari kedua orangtua saya..
Ketika saya belajar kedisiplinan ,konsisten,dan komitmen
dari seluruh yang kujalani di setiap hari2ku..dan ini
berarti,hari2 dalam hidupku,sudah pasti juga merupakan guruku.
berarti,hari2 dalam hidupku,sudah pasti juga merupakan guruku.
Ketika saya belajar bersosialisaisi dari teman2ku..
Ketika saya bahkan belajar berkompetisi dari diri saya
sendiri,yang mungkin kebanyakan orang beranggapan homeschooler tidaklah mampu
bekompetisi,namun haruslah mereka tahu,bahwa sesungguhnya,kompetisi terberat
adalah dengan diri kita sendiri dan selanjutanya dengan kehidupan yang kita
jalani..sebab kompetisi tidak harus selalu berarti berlomba mengejar
rangking,berlomba mendapat nilai terbaik dan sebagainya..
Dan ketika saya belajar..bahwa hidup ini,sesungguhnya adalah
belajar itu sendiri!
Lalu bagaimana dengan pelajaran2 umum yang lainnya.?
yap.aku lebih senang mempelajarinya dengan rasa ingin tahu
yang besar,tidak hanya menunggui guru memberikan seluruh penjelasannya di depan
kelas.aku mencoba membuat diriku tertantang dan segera mencari tahu dari orang2
yang kuanggap mampu,membaca,searching di internet,menuliskannya,dan bertualang
dengan hal yang sedang kupelajari..!
Belajar seperti ini membuat saya merasa tidak lagi
tertekan.justru saya semakin memiliki rasa ingin tahu besar! Lebih
termotivasi.saya bisa dengan bebas menjadi diri sendiri,berimajinasi, tanpa ada
rasa takut dan sebagainya.saya selalu ingin belajar tanpa batas.namun disini
saya tidak hanya belajar hal2 yang membuatku tertarik saja,namun juga yang lain
sesuai dengan porsinya .tidak berlebihan.sebatas saya paham.dan saya pun punya
waktu lebih banyak untuk hal2 yang kusenangi.saya tidak hanya menerima
pelajaran saja dari guru,namun dituntut untuk lebih mencari tahu.saya lebih
percaya diri.dan dari semua itu,yang paling berarti ialah,apa yang saya
pelajari bisa membuat saya langsung mencoba untuk
mengaplikasikannya.Alhamdulillah.
Mungkin orang di sekitar saya beranggapan,bahwa saya tidak
lagi seperti dulu,yang bahkan bisa mendapat nilai bagus di semua bidang.
Namun tahukah kawan..
Selama dua tahun perjalananku mencoba gaya belajar tersebut..untuk
pertama kalinya dalam hidupku.aku menjadi tertarik terhadap sesuatu bukan
karena nilai2ku dan pendapat orang2,namun dari diriku sendiri..
Saya bahagia.ketika mencoba banyak tahu dan belajar tentang
astronomi.bintang.bulan. berbagai macam benda2 langit.membuat kita selalu
bersyukur akan alam semesta yang begitu luar biasa yang telah diciptakan Allah
subhanahu wata’ala. Membuat kita menyadari,bahwa
kita ini terlampau kecil untuk sombong.Membuatku bebas berimajinasi tanpa ada batas,sebab
semua bisa saja mungkin terjadi di alam semesta yang bahkan tak dapat kita
ketahui luasnya ini. Berimajinasi dengan otak kanan dan berpikir sistematis dan
logika dengan otak kiri, keduanya diasah ketika berbicara tentang astronomi. semua
itu menyenangkan.
Aku merasa sama sekali tidak terbebani ketika mencoba
mencurahkan seluruh pikiranku lewat gambaran2 absurd..dan disini saya merasakan
betul perbedaanya,ketika dulu saya sama sekali tidak bisa menggambar dari hati
disebabkan rasa tertekan karena harus dinilai lagi.sedangkan saat ini saya bisa
dengan bebas menggoreskan apapun yang ingin saya gambar,tanpa takut itu akan
jadi jelek,dapat nilai rendah,norak dan sebagainya..
Disaat saat sederhana itulah.saya meyakini jalan yang kuambil,bahwa
dengan cara seperti inilah saya belajar..
Intinya semua itu tergantung dari diri kita sendiri..
Kitalah yang berhak memutuskan,..
Adapun semua yang saya katakan mengenai sekolah,itu semua
adalah pendapat saya.dan orang bisa berbeda pendapat.
Diluar dari semua pendapat saya mengenai sekolah
formal,saya yang pernah menjalani nya 7 tahun,walupun pada saat itu saya sering
merasa tertekan,namun saya tetap bersyukur,pernah memiliki teman dan guru2 yang baik.
Dan untuk kita semua,baik itu di dalam ataupun diluar
sekolah formal kita semua sedang menjalani proses.dan itu adalah belajar.
dan bagi saya..
“proses yang baik dengan do’a dan perjuangan
besar,sesungguhnya adalah kesuksesan yang sejati..!” bukankah Allah tidak hanya
akan melihat dari hasil akhir..?
belajarlah kita..
dan teruslah belajar..
Seperti halnya..
Penulis yang harus menciptakan tulisannya..
Penyair yang harus menuliskan sajaknya..
Pelukis yang harus menggoreskan lukisannya..
Kita pun harus bisa menjadi apa yang
kita ingin,mampu,dan tentunya Allah izinkan,untuk kita jadi..
Dan sampai akhir hayat.kita akan selamanya menjadi
pembelajar.
Selamat untuk terus Belajar wahai para pembelajar!
Makassar,22 Juli 2012.
Jam 2.30.Menjelang sahur..
Jam 2.30.Menjelang sahur..
Aisyah Ikhwan,
R2’s Think.
R2’s Think.
0 komentar:
Posting Komentar