Sore itu, Kakak saya Nafisah yang akrab saya panggil Kakak Achi tengah sibuk mengepak pakaian anak-anaknya. Sebab selang beberapa hari lagi ia akan meninggalkan bumi Sudan. Beberapa baju Abang Tiby anak Kakak Achi yang tak lagi muat dia tinggal saja. Saya masih ingat jelas saat dia bilang ke saya, "Aisyah.. ini baju Abang yang masih bagus-bagus kutinggal saja, nah. Kalau mauko kasi orang atau simpanmi saja. Siapa tahu untuk anakmu nanti." Saya yang mendengarnya hanya mengiyakan sambil tersenyum dengan setitik kesedihan di hati. Berharap hal itu benar akan terjadi.
Beberapa bulan setelahnya saya pun juga ikut pulang ke Indo. Saat packing barulah saya teringat dengan baju-baju abang tiby yang ditinggal tersebut. Karena tak ada waktu untuk memberikannya lagi pada orang, akhirnya saya lipat saja dan simpan alakadarnya di suatu tempat. Terbetik di hati, "siapa tahu untuk anakku nanti. Haha."
Kemudian Bulan demi bulan berlalu, hingga sampai pada bilangan tahun. Saya akhirnya kembali ke Negeri Sudan. Kali ini bersama Abang Dogan. (dan tentu saja bapaknya. 😅) Sebulan berlalu, kami akhirnya harus pindah dari rumah yang kami tempati. Dan malam ini saya sibuk packing karena besok kami sudah akan pindah. Dan coba tebak, Nafisah Muh Ikhwan! apa yang saya temukan di antara tumpukan pakaian yang lama tak disentuh. Ya! Baju-baju abang tiby saya temukan dengan lipatan yang masih sama persis saat saya simpan setahun lebih yang lalu. Langsung saja saya terngiang ucapan si mamak, "Siapa tau untuk anakmu nanti..." Oh ya Allah, bisa begini... Subhanallah 😢
Lagi yang membuat saya terharu adalah, baju-baju itu passs sekali dengan ukuran Abang Dogan saat ini. Seolah-olah memang direncanakan seperti itu. Dan memang benarlah adanya, bahwa telah Allah takdirkan demikian. Saya melipat kembali baju tersebut dengan banyak titik keharuan di hati. Alhamdulillah... hanya bisa bersyukur dan bersyukur.
"Simpan saja, siapa tahu untuk anakmu nanti." Ucap kakak achi satu setengah tahun yang lalu.
"Iya Kakak Achi, ternyata memang baju ini disimpan untuk anakku. " Ucapku baru bisa menanggapi hari ini.
Maasya Allah. Ternyata kadang, justru hal-hal sederhanalah yang membuat kita terkagum pada akhirnya.
Lalu saya kemudian bertanya-tanya, mengapa seringkali feeling si mamak itu (biidznillah) benar adanya? hmm.. 🙄😄
#dramapackingmalam2 😂
Beberapa bulan setelahnya saya pun juga ikut pulang ke Indo. Saat packing barulah saya teringat dengan baju-baju abang tiby yang ditinggal tersebut. Karena tak ada waktu untuk memberikannya lagi pada orang, akhirnya saya lipat saja dan simpan alakadarnya di suatu tempat. Terbetik di hati, "siapa tahu untuk anakku nanti. Haha."
Kemudian Bulan demi bulan berlalu, hingga sampai pada bilangan tahun. Saya akhirnya kembali ke Negeri Sudan. Kali ini bersama Abang Dogan. (dan tentu saja bapaknya. 😅) Sebulan berlalu, kami akhirnya harus pindah dari rumah yang kami tempati. Dan malam ini saya sibuk packing karena besok kami sudah akan pindah. Dan coba tebak, Nafisah Muh Ikhwan! apa yang saya temukan di antara tumpukan pakaian yang lama tak disentuh. Ya! Baju-baju abang tiby saya temukan dengan lipatan yang masih sama persis saat saya simpan setahun lebih yang lalu. Langsung saja saya terngiang ucapan si mamak, "Siapa tau untuk anakmu nanti..." Oh ya Allah, bisa begini... Subhanallah 😢
Lagi yang membuat saya terharu adalah, baju-baju itu passs sekali dengan ukuran Abang Dogan saat ini. Seolah-olah memang direncanakan seperti itu. Dan memang benarlah adanya, bahwa telah Allah takdirkan demikian. Saya melipat kembali baju tersebut dengan banyak titik keharuan di hati. Alhamdulillah... hanya bisa bersyukur dan bersyukur.
"Simpan saja, siapa tahu untuk anakmu nanti." Ucap kakak achi satu setengah tahun yang lalu.
"Iya Kakak Achi, ternyata memang baju ini disimpan untuk anakku. " Ucapku baru bisa menanggapi hari ini.
Maasya Allah. Ternyata kadang, justru hal-hal sederhanalah yang membuat kita terkagum pada akhirnya.
Lalu saya kemudian bertanya-tanya, mengapa seringkali feeling si mamak itu (biidznillah) benar adanya? hmm.. 🙄😄
#dramapackingmalam2 😂