Tadinya tulisan ini ingin saya tempatkan di profil
blog, tapi karena sepertinya kepanjangan (haha), jadilah saya membuatnya
menjadi satu postingan baru.
Menuliskan tentang siapa diri kita hari ini,
adalah cara yang yang lumayan baik untuk mengenal siapa diri kita. Membandingkannya
dengan tulisan di hari kemarin, kita bisa melihat perubahan-perubahan yang
terjadi dalam hidup kita. Baik itu dengan jarak sebulan, setahun, atau bahkan
bertahun-tahun.
Ini sudah menjadi kebiasaan saya sejak kecil.
Menuliskan bagaimana saya hari ini, pengalaman-pengalaman yang baru saya lalui,
dengan begitu saya bisa menakar, seberapa banyak saya bersabar atas ujian yang
Allah berikan. Seberapa sering saya bersyukur atas semua nikmat yang telah
Allah anugerahkan, seberapa ikhlash? adakah saya berjuang lebih keras dari
sebelumnya, adakah cita yang berserakan itu mulai tersusun, adakah niat itu
masih selalu tertanam di dalam hati, atau malah hanya keluhan yang terus ada?
penundaan yang tak hilang-hilang juga, dan satu lagi, sudahkah saya mengobati
problem ter "menyebalkan" dalam keseharian saya yaitu, "TIDUR" -_______________-
Siapa saya hari ini?
Hanya anak 17 Tahun. Yang sudah menikah setahun lebih
yang lalu, Merantau, kemudian terdampar di benua afrika, di sebuah negeri
bernama Sudan. Tetiba menjadi anak ibukota (Ibu kota sudan, Khartoum :P).
Mahasiswi Ma’had Lughoh International University Of Africa. Sehari-hari jalan
kaki ataupun naik reksya (kalau panasnya lagi luar binasa) pulang balik
rumah-kampus-rumah. (Bagi orang afrika, jaraknya sangat dekat. Tapi bagi asia
kurus seperti saya, itu lumayan. -_-)
Saat musim panas, akan terasa sangat menyengat bagai
dipanggang. Saat musim dingin akan sangat menusuk, kering, dan menggigil,
dengan angin yang lebih kencang dari biasanya, terkadang jadi sedikit
memperlambat perjalanan pulang. Tapitapi, mau musim panas atau dingin, GHUBAR
(Badai pasir/debu) tetap saja eksis. Tampak dari covernya hanya ada 2 kata yang
sangat cocok untuk menggambarkan tanah rantau ini, Cuaca Ekstrem.
Tapi percaya tidak percaya, ada banyak hal-hal
menakjubkan yang akan kita dapatkan saat hidup di negeri ini. Belajar untuk
selalu bersyukur dan bersabar, Berbahagia atas hal sederhana, adalah saat-saat
terindah yang saya rasakan. Bertemu dengan beragam manusia dengan bahasa dan
warna kulit berbeda, mereka datang dari berbagai penjuru dunia dengan tujuan
terbanyak dan terfavorit; “belajar agama, belajar bahasa arab” dengan metode
dan sistem pembelajaran bahasa yang tak neko-neko, namun nyatanya menjadi salah
satu yang terbaik di dunia internasional, menarik banyak pelajar untuk
menyicipi rasa akan menuntut ilmu di negeri Sudan.
Nah, pertanyaanya adalah, adakah yang mau mencoba jadi
anak SUDAN(G)? Insya Allah dijamin akan berkesan. Yang tidak bisa dijamin
adalah, tampang dan warna kulit anda setelah pulang dari negeri rantau ini.
Hohoho. :D
Nah lho, ini kok jadi bahas Sudan? haha..
Yah. setahun lebih telah berlalu semenjak pertama kali menginjakkan kaki di
sudan. Saya tetap saja kurus, malas makan, dan suka begadang. Alhamdulillah tak
sedikit pun saya menyesal belajar jauh-jauh ke negeri ini, sebaliknya saya
justru sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari penuntut ilmu di negeri ini,
bertemu dengan ustadzah-ustadzah luar biasa yang sangat saya cintai.
Teman-teman yang telah mewarnai kehidupan
saya, terkhusus 3 teman duduk absurd yang ngangenin, Maymunah si China, Ayha
si Jepang, dan Yasmin si Hungaria. belum lagi teman-teman Nigeria yang selalu
asyik diajak diskusi. Seorang teman Somalia-Irlandia yang menjadi teman untuk
saling tasmi' hafalan, teman dari Scotlandia yang kegemarannya setiap waktu
isirahat minta di tahsinkan, dan ini menjadi trend dikala mendekati ujian. Satu
persatu teman-teman mendaftarkan diri untuk di tahsin. Bahkan jika tak ada
waktu banyak, mereka bela-belain nitip untuk direkamkan. Kadang baru saja saya
sampai di kelas, bangku saya sudah duluan penuh. Ckckc. Tak terlupa ketua kelas
dari Camerun yang tadinya saya pikir sangar namun ternyata baik. Dia juga ikut
minta direkamin. Nah kebetulan sekali saya perlu beberapa catatan ta’bir, saya
pinjamlah dari dia. Barter, beres kan.
Pernah juga teman dari Indonesia mengenalkan teman Korea,
saat pertama kali kenalan saya dengan sok tau tetiba berbahasa korea "Anyeong
haseyo oenni, nan aisyah imnida.." hahaa..dia kemudian langsung memabalas
dengan bahasa korea pula! Nah. Baru tau rasa, akibat sok tau. Cuma negelongo
kemudian mengakui, heheh ”afwan, ana maa fahimtu.”
Tak terlupa, dan tak kan tentunya (insyaAllah),
teman-teman sesama indonesia. Yang selalau bisa menghibur dikala sedih, membuat
saya merasa memiliki keluarga di negeri ini, teman-teman dimana saya merasa
nyaman bersama mereka. Menjalin silatrurrahmi, membangun ukhuwah, ta’awun,
berbagi bahagaia dan kesedihan. Saya hanya ingin menyampaikan buat teman-teman
sesama indonesia, syukran wa jazakumullahu khairan untuk semua kebaikan yang
telah kalian berikan buat saya. Hanya Allah yang dapat membalasnya. Semoga
ikatan ukhuwah ini senantiasa terjalin sampai kapanpun dan dimanapun kita akan
pergi dan saling meninggalkan. #Aseek
Adapun Bahasa Alhamdulillah sudah lumayan membaik.
Setidaknya saya bisa bercakap dengan ammu2 penjual di suuq atau di baqqolah,
ammu2 reksya (Hahaa!), teman-teman, ustadzah, kenalan, dll. disini saya
benar-benar semakin memahami betapa pentingnya sebuah bahasa termasuk
bahasa tubuh. Lewatnya kita bisa mengerti dan mereka pun bisa mengerti, alhamdulillah
Alhamdulillah juga sudah lumayan bisa masak, meski pada awalnya saya takut meracuni orang lain berhubung setiap main cooking academy pasti yang muncul dibalik penutup hidangan adalah obat sakit perut. haha. Memang tak sulit, memasak itu menyenangkan terutama saat saya lagi kangen masakan ummi, dan minta resep lewat Whats app, jadilah saya bereksperimen.
Tak ketinggalan seabrek rutinitas IRT.
Tentu saja. Tak perlu penjabaran. Semua orang mengerjakannya, hehe. Hanya saja
di sudan, mungkin kita butuh lebih rajin membersihkan. Maklum, debunya yang
over memang seringkali membuat rumah lebih cepat kotor dari biasanya. Bagi
saya, pekerjaan IRT memang sangat penting, tapi jangan sampai melalaikan kita
dari belajar (Sok rajin). Bukankah pekerjaan2 yang lain itu hanyalah penunjang
walau tentu juga penting. Nah, ini yang harus saya biasakan, kadang-kadang saya
terlalu over beres-beres rumah, penyebabnya adalah saya tidak bisa belajar
dengan keadaan sekitar yang kotor (sok bersih), akibatnya kadang setelah
beres-beres justru kecapekan, dan yaah lagi-lagi, tidur jadi pelampiasan. :p
Yaah, apapun itu tentang kehidupan
disudan, memang selalu menarik untuk diceritakan maupun dituliskan. Mungkin
karena negeri ini telah begitu banyak mengajarkan saya akan arti kehidupan. Ada
banyak ujian yang Allah berikan di negeri ini, begitu pula Nikmat tak terkira,
saya diajar untuk bersabar sekaligus beryukur dalam setiap kondisi dan keadaan.
Adakalanya saya tejatuh, menangis, dan merindu, namun tak
sedikit pula saya
menjalani hari dengan penuh semangat, senyuman, keceriaan, dan optimisme.
Seperti inilah secuil dari cerita kehidupan
di sudan dari sisi saya, kita memang perlu kekuatan, keteguhan, keberanian,
semangat, mujahadah dan azzam yang kuat untuk bisa bertahan dalam berjuang
menuntut ilmu di negeri ini.
“Kita diajarkan untuk tidak hanya
tersenyum karena bahagia, tapi juga tersenyum untuk bahagia.” Tak
ada ada yang terlalu sulit jika kita mau mencoba untuk menjalaninya, mencoba
melihatnya menjadi sesuatu yang mudah. Biidznillah..:)
Dengan sangat terasa, setahun lebih telah
berlalu. Kini saya memasuki tahun kedua, bagai lembaran baru yang belum terisi
dan akan segera terisi insyaAllah. Satu hal yang tidak pernah saya duga selama
setahun ini adalah bahwa, tahun kedua ini, Kakak labil saya *eh Kakak Icha,
akan ikut bergabung dalam barisan para perantau, pejuang, dan penuntut ilmu di
negeri dua nil ini #aseek.
Kebersamaan saya dengan kakak selama beberapa
hari terakhir ini adalah hal yang tidak pernah saya duga sebelumnya.
Alhamdulillah... Allah punya rencana dibalik semua kejadian yang telah
terjalani setahun ini. Dihari-hari pertama kakak saya disini, dia sudah
menyaksikan dan merasakan sendiri, betapa “Hangatnya” hari-hari di
sudan. Terutama di hari-hari awal kedatangan, dimana saya yakin bahwa setiap
mahasiswi baru bahkan yang sudah kadaluarsa pun pasti merasakannya, “Beratnya
Ijro’’at” haha. Tapitapi, Janji Allah itu Pasti. Kemudahan setelah kesulitan. Semoga Allah menguatkannya. Saya yakin Biidznillah,
dia lebih dari sekedar bisa untuk menapaki jalan ini.
Tadinya saya ingin menulis tentang siapa
saya hari ini, namun seiring bertambahnya tulisan saya di page ni, saya
menyadari, saya hari ini adalah saya yang berada disudan. Dengan berbagai
cerita dan warna, saya disudan, di negeri sederhana ini. Berjuang untuk satu
tujuan mulia insyaAllah, menuntut ilmu, mendampingi dia yang telah Allah
takdirkan untuk menjadi pasangan hidupku. Juga untuk yang tak terduga, menemani
kakak yang lagi masa penantian menunggu suami dan krucil2 nya datang,
berpetualang mencari pengalaman hidup, belajar dan terus belajar. Inilah siapa saya
hari ini, Masih kurus, malas makan dan suka begadang. J
TBC...
Khartoum, lupa tanggal berapa.
Aisyah Ikhwan Muhammad.